BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Manusia dikaruniakan oleh Allah SWT
berupa akal dan pikiran. Akal digunakan manusia untuk berfikir, memikirkan
sesuatu. Sedangkan pikiran digunakan untuk menentukan sesuatu yang di pikirkan
oleh akal. Tetapi terkadang manusia sering tidak menggunakan akal dan
fikirannya dengan baik, dengan cara memikirkan sesuatu yang tidak semestinya di
pikirkan, dan juga tidak di pakai untuk mengembangkan sesuatu yang ada di alam
yang sebenarnya bisa menghasilkan ilmu dan pengetahuan yang baru apabila kita
dapat menggunakan dengan semestinya.
Manusia memang memiliki ke khilafan
dalam setiap langkah, perbuatan, maupun sifat dan tindak tanduk yang
dijalaninya, karena manusia juga mempunyai fitrah yang memiliki kekhilafan, Suatu
perbuatan yang di lakukan manusia, apabila keluar dari jalur yang telah di
tentukan oleh Allh SWT maka itu di katakan dosa seperti yang akan kita bahas
disini tentang dosa selain syirik akan diampuni, dan setelah berbuat dosa
segeralah lakukan kebaikan. Perbuatan dosa sering di lakukan oleh manusia,
karena manusia sering tidak menyadari akan perbuatan yang di lakukannya karena
manusia lebih sering mengikuti hawa nafsunya dengan tidak memikirkan akibat
buruk dan apa yang di lakukannya.
Sekalipun manusia di ciptakan Allah
SWT untuk menjadi khalifah di muka bumi ini, namun karena sifatnya yang lemah, manusia tidak
pernah terlepas dari perilaku tercela dan dosa, kecuali orang-orang yang selalu
beriman dan senantiasa mendapat petunjuk dari Allah SWT. Maka segeralah
melakukan taubat, karena Allah SWT senantiasa bersedia memberi ampunan setiap
waktu dan menerima taubat setiap saat.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah dalam
makalah ini, yaitu:
1.
Apakah dosa selain syirik akan diampuni ?
2.
Bagaimanakah setelah melakukan dosa
segeralah lakukan kebaikan?
C.
Tujuan
Pembahasan
Tujuan
penyusunan makalah ini yaitu agar mahasiswa dapat memahami:
1.
Mengetahui tentang dosa yang dapat
diampuni selain syirik.
2.
Memahami tentang setelah melakukan dosa
segeralah lakukan kebaikan.
BAB
2
PEMBAHASAN
1.
Dosa
Selain Syirik Dapat Diampuni.
Syirik adalah perbuatan menyekutukan Allah dengan
hal-hal selain-nya. Syirik yang merupakan dosa yang dilakukan secara sadar dan
dipahami oleh pelakunya bahwa hal tersebut adalah perbuatan syirik. Adapun bagi
seseorang yang tidak mengetahui bahwa apa yang dilakukannya mengandung unsur
syirik dan tidak ada seorang pun yang mengajarinya, tidak dosa baginya. Adapun
balasan bagi orang seperti itu, hanya Allah yang mebgetahuinya.
Perbuatan syirik mempunyai gradasi (tingkatan),
mulai dari yang samar atau yang berskala kecil sampai yang terlihat jelas,
diantaranya melakukan penyembahan atau pengabdian selain kepada Allah juga
kepada makhluk-nya. Adapun syirik kecil atau tersamar adalah perilaku yang
seolah perbuatan baik dengan niat atau motivasi yang bukan karena Allah, tetapi
karena selain-nya.
Yang termasuk
bentuk syirik:
1. Jika ada yang meyakini bahwa penguasa
langit adalah Allah dan penguasa bumi adalah selain Allah, atau meyakini bahwa
penguasa langit adalah berserikat antara Allah dan makhluk, atau meyakini bahwa
Allah itu memiliki penolong dalam penciptaan langit dan bumi, maka ia musyrik.
Ini syirik dalam rububiyah.
2. Sujud kepada selain Allah, nadzar kepada
selain Allah, menyembelih tumbal pada selain Allah, beribadah hanya untuk cari
muka atau pujian (riya’), maka itu termasuk syirik. Riya’ termasuk
syirik sebagaimana tekstual hadits. Ini syirik dalam uluhiyah.
3. Meyakini bahwa ada yang semisal Allah
dalam nama dan sifat, atau mengatakan bahwa menetapnya Allah di atas ‘Arsy
seperti menetapnya makhluk di atas ranjang, atau mengatakan bahwa turunnya
Allah ke langit dunia seperti turunnya makhluk, maka ini pun syirik. Demikian
keterangan dari Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah dalam
Tafsir Surat An Nisa’, 1: 387.
Rasulullah SAW
bersabda:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي
الله عنه قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ يَقُولُ: قَالَ اللهُ تَعَالَى: ( يَا ابْنَ آَدَمَ إِنَّكَ مَا
دَعَوتَنِيْ وَرَجَوتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ مِنْكَ وَلا أُبَالِيْ،
يَا ابْنَ آَدَمَ لَو بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ
استَغْفَرْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ، يَا ابْنَ آَدَمَ إِنَّكَ لَو أَتَيْتَنِيْ
بِقِرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لقِيْتَنِيْ لاَتُشْرِك بِيْ شَيْئَاً
لأَتَيْتُكَ بِقِرَابِهَا مَغفِرَةً ) – رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ
وَقَالَ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحَيْحٌ
Artinya:Dari Anas radhiallahu‘anhu, ia berkata:Saya telah mendengar Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : Allah ta’ala telah berfirman :“Wahai anak Adam, selagi engkau meminta dan
berharap kepada-Ku, maka Aku akan mengampuni dosamu dan Aku tidak pedulikan
lagi. Wahai anak Adam, walaupun dosamu sampai setinggi
langit, bila engkau mohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku memberi ampun kepadamu.
Wahai anak Adam, jika engkau menemui Aku dengan membawa dosa sebanyak isi bumi,
tetapi engkau tiada menyekutukan sesuatu dengan Aku, niscaya Aku datang
kepadamu dengan (memberi) ampunan sepenuh bumi pula”. (HR. Tirmidzi, Hadits
hasanshahih).
Penjelasan:Hadits ini
berisikan kabar gembira, belas kasih dan kemurahan yang besar. Tidak terhitung
banyaknya karunia, kebaikan, belas kasih dan pemberian Allah kepada hamba-Nya.
Yang semakna dengan Hadits ini adalah sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
: “Allah lebih bergembira atas tobat seorang hamba-Nya daripada (kegembiraan)
seseorang di antara kamu yang menemukan kembali hewannya yang hilang”.
Dari Abu Ayyub ketika ia hendak wafat ia berkata : Saya telah merahasiakan dari kalian sesuatu yang pernah aku dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, yaitu saya mendengar beliau bersabda: “Sekiranya kamu sekalian tidak mau berbuat dosa, niscaya Allah akan menggantinya dengan makhluk lain yang mau berbuat dosa, lalu Allah memberi ampun kepada mereka”.
Dari Abu Ayyub ketika ia hendak wafat ia berkata : Saya telah merahasiakan dari kalian sesuatu yang pernah aku dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, yaitu saya mendengar beliau bersabda: “Sekiranya kamu sekalian tidak mau berbuat dosa, niscaya Allah akan menggantinya dengan makhluk lain yang mau berbuat dosa, lalu Allah memberi ampun kepada mereka”.
Juga banyak Hadits lain
yang semakna dengan Hadits ini.Sabda beliau “wahai anak Adam, selagi engkau
meminta dan berharap kepada-Ku” semakna dengan sabda beliau : “Aku senantiasa
mengikuti anggapan hamba-Ku kepada-Ku. Oleh karena itu, hendaknya ia mempunyai
anggapan kepada-Ku sesuai kesukaannya”.
Telah disebutkan bahwa
bila seorang hamba (manusia) telah berbuat dosa kemudian menyesal, misalnya
dengan mengatakan : “Wahai Tuhanku, aku telah berbuat dosa, karena itu
ampunilah aku. Tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosaku kecuali Engkau”.
Maka Allah akan menjawab : “Hamba-Ku mengakui bahwa dia mempunyai Tuhan yang
mengampuni dosanya dan menghukum kesalahannya, karena itu Aku persaksikan
kepada kamu sekalian bahwa Aku telah memberikan ampunan kepadanya”. Kemudian
hamba itu berbuat seperti itu kedua atau ketiga kalinya, lalu Allah menjawab
seperti itu setiap kali terulang kejadian itu. Kemudian Allah berfirman:
“Berbuatlah sesukamu, karena Aku telah mengampuni kamu” maksudnya ketika kamu
berbuat dosa kemudian kamu mohon ampun.
Ketahuilah, syarat bertobat itu ada tiga, yaitu:
1.
Meninggalkan perbuatan maksiatnya.
2.
Menyesali yang sudah terjadi dan bertekad tidak akan mengulangi.
3.
Jika kesalahan itu
berkaitan dengan sesama manusia, maka hendaklah ia segera menunaikan apa yang
menjadi hak orang lain atau minta dihalalkan. Jika berkaitan dengan Allah,
sedangkan di dalam urusan tersebut ada sanksi kafarat, maka hendaklah ia segera
menunaikan pembayaran kafarat.
4.
Ini adalah syarat
keempat. Sekiranya seseorang mengulangi dosanya berkali-kali dalam satu hari
dan ia melakukan tibat sesuai dengan syarat tersebut, maka Allah akan
mengampuni dosanya.
Sabda
beliau (Allah berfirman) : “maka Aku akan mengampuni dosamu dan Aku tidak
pedulikan lagi” maksudnya engkau mengulangi perbuatan dosa kamu dan Aku tidak
mempermasalahkan dosa-dosamu itu.
Sabda
beliau (Allah berfirman):“Wahai anak Adam, walaupun dosamu sampai setinggi
langit, bila engkau mohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku memberi ampun kepadamu”
maksudnya adalah sekiranya dosa beberapa orang dikumpulkan, kemudian memenuhi
ruang antara langit dan bumi. Hal ini menunjukkan
seberapa pun besarnya dosa, tetapi kemurahan, belas kasih Allah pengampunan-Nya
jauh lebih luas dan lebih besar, sehingga tidak berimbang antara dosa dan
pengampunan dan siat keagungan Allah ini tidak terhingga, sehingga dosa yang
memenuhi alam ini tidak mengalahkan sifat pemurah dan pengampunan-Nya.
Sabda beliau (Allah
berfirman) : “Wahai anak Adam, jika engkau menemui Aku dengan membawa dosa
sebanyak isi bumi, tetapi engkau tiada menyekutukan sesuatu dengan Aku, niscaya
Aku datang kepadamu dengan (memberi) ampunan sepenuh bumi pula” maksudnya
adalah engkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa-dosa sebesar bumi.
Kalimat “kemudian
engkau menemui Aku” maksudnya engkau mati dalam keadaan beriman, tanpa sedikit
pun menyekutukan Aku dengan apa pun tiada rasa senang bagi orang mukmin yang
melebihi rasa senangnya saat ia bertemu Tuhannya. Allah berfirman : “Sungguh,
Allah tidak mengampuni orang yang menyekutukan-Nya, tetapi mengampuni dosa
selain dari itu kepada siapa yang dikehendaki”. (QS 4 : 48).
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Tidaklah dikatakan terus-menerus
berbuat dosa orang yang mau meminta ampun, sekalipun dia mengulangi tujuh puluh
kali dalam sehari”.Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
Sallam bersabda: “Mempunyai anggapan baik kepada Allah termasuk beribadah yang
baik kepada Allah”.
Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث:
1) Berdoa diperintahkan dan dijanjikan untuk
dikabulkan.
2) Pemberian maaf Allah dan ampunan-Nya lebih luas dan
lebih besar dari dosa seorang hamba jika dia minta ampun dan bertaubat.
3) Berbaik sangka kepada Allah Ta’ala, Dialah semata Yang
Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat dan istighfar.
4) Tauhid adalah pokok ampunan dan sebab satu-satunya
untuk meraihnya.
5) Membuka pintu harapan bagi ahli maksiat untuk segera
bertaubat dan menyesal betapapun banyak dosanya.
Dosa dibawah
syirik yaitu:
Pada firman
Allah:
وَيَغْفِرُ
مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
Artinya: “Dan Dia mengampuni segala
dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya”.
Ayat ini dapat
bermakna bahwa Allah mengampuni dosa selain syirik atau di bawah syirik.Kalau
seandainya ayat tersebut ditafsirkan dengan (selain syirik), maka
kufur juhud (karena penentangan), misalnya karena menentang wajibnya shalat
tidak termasuk syirik, maka diampuni. Padahal dosa kufur juhud tersebut sejajar
syirik. Atau kufur juhud lainnya seperti meyakini bahwa Allah tidak mengutus
Rasul Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika ditafsirikan
(selain syirik) berarti juga diampuni. Padahal pemahaman ayat tidaklah
demikian. Sehingga lebih tepat, kita artikan dengan (di bawah syirik),
makna lengkapnya:“Dan Allah mengampuni segala dosa di bawah syirik, bagi
siapa yang dikehendaki-Nya”. Ini berarti dosa-dosa yang sejajar syirik
seperti kufur juhud sama-sama tidak diampuni jika dibawa mati. Sedangkan dosa
di bawah syirik seperti zina, minum khomr, maka masih di bawah masyi’ahyaitu kehendak Allah.
Jika Allah menghendaki, maka akan dimaafkan. Jika Allah menghendaki, maka akan
disiksa.
2.
Setelah Melakukan Dosa Segeralah
Lakukan Kebaikan
"iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik maka kebaikan itu
akan menghapuskan keburukan itu "
Rosulullah SAW Bersabda:
عَنْ أَبِي ذَرّ جُنْدُبْ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ
الرَّحْمَنِ مُعَاذ بْن جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ
السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.[رواه
الترمذي وقال حديث حسن وفي بعض النسخ حسن صحيح]
Artinya:Dari
Abu Dzar, Jundub bin Junadah dan Abu ‘Abdurrahman, Mu’adz bin Jabal
radhiyallahu ‘anhuma, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, beliau
bersabda:
“Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan susullah sesuatu
perbuatan dosa dengan kebaikan, pasti akan menghapuskannya dan bergaullah
sesama manusia dengan akhlaq yang baik”.
[HR. Tirmidzi, ia telah berkata: Hadits ini hasan, pada lafazh lain derajatnya hasan shahih].
[HR. Tirmidzi, ia telah berkata: Hadits ini hasan, pada lafazh lain derajatnya hasan shahih].
Sedikit
Penjelasan tentang Sahabat yang Meriwayatkan Hadits:Abu Dzar al-Ghiffary
berasal dari Ghiffaar (jalur yang dilewati penduduk Makkah jika akan berdagang
ke Syam), nama aslinya Jundub bin Junaadah adalah orang ke-5 yang masuk Islam
saat Nabi masih berada di Makkah dan berdakwah secara sembunyi. Beliaulah orang pertama yang mengucapkan salam secara Islam kepada Nabi.
Selama masa mencari Nabi di Makkah beliau tinggal di dekat Ka’bah selama 15
hari tidak makan dan minum apapun kecuali air zam-zam hingga menjadi gemuk.
Setelah bertemu Nabi dan masuk Islam beliau kembali pada kaumnya, mengajarkan
Islam kepada mereka, dan tinggal di sana.
Setelah perang Uhud,
barulah Abu Dzar bisa menyusul Nabi hijrah ke Madinah.Sedangkan Muadz bin Jabal
adalah Sahabat Nabi yang paling mengetahui tentang halal dan haram (H.R Ibnu
Hibban). Nabi juga memerintahkan untuk mengambil (ilmu) al-Quran dari 4 orang,
yaitu : Ibnu Mas’ud, Ubay bin Ka’ab, Muadz bin Jabal dan Salim maula Abi
Hudzaifah(H.R al-Bukhari). Muadz bin Jabal juga diutus Nabi ke Yaman untuk
berdakwah di sana.
Penjelasan
Umum Makna Hadits
Rasulullah shollallaahu
‘alaihi wasallam memberikan bimbingan dalam 3 hal:
1. Bertakwa kepada Allah di manapun kita berada. Di waktu sendirian maupun di
tengah keramaian. Di setiap waktu dan tempat.
2. Jika suatu ketika kita melakukan dosa, susulkanlah / iringi dengan banyak
perbuatan ibadah dan kebaikan, agar bisa menghapus dosa itu.
3. Bergaullah sesama manusia dengan akhlak yang baik
Definisi Taqwa
Thalq bin Habiib(seorang
Tabi’i,salah satu murid Sahabat Nabi Ibnu Abbas) menjelaskan definisi taqwa: “Amalan
ketaatan kepada Allah berdasarkan cahaya dari Allah dengan mengharap pahala
Allah dan menjauhi kemaksiatan-kemaksiatan kepada Allah berdasarkan cahaya dari
Allah dengan perasaan takut dari adzab Allah”.
Banyak para Ulama’ yang
memuji definisi ini di antaranya al-Imam adz-Dzahaby, kemudian beliau mensyarah
(menjelaskan) maksud dari definisi tersebut dalam Siyaar A’laamin Nubalaa’ (4/601).
Beberapa poin penting dari definisi taqwa menurut Thalq
bin Habiib tersebut:
1.
Taqwa adalah amalan
ketaatan kepada Allah dan menjauhi kemaksiatan kepada Allah.Taqwa harus berupa amal perbuatan, tidak cukup
hanya dalam hati atau ucapan saja.
2.
Taqwa
harus didasarkan cahaya dari Allah, yaitu ilmu syar’i dan ittiba’ (mengikuti
Sunnah Nabi). Tidak mungkin seseorang bisa bertakwa kepada Allah tanpa ilmu.
Dengan ilmu ia akan tahu mana hal-hal yang diperintah Allah (wajib atau
sunnah), yang dilarang Allah (haram atau makruh), dan mana yang boleh
dikerjakan (mubah).Seseorang bisa beribadah kepada Allah hanya dengan tuntunan
dari Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam.
3.
Taqwa
harus didasari keikhlasan melakukannya karena Allah bukan karena tendensi yang
lain. Ia jalankan ketaatan karena mengharap pahala Allah, dan ia tinggalkan
kemaksiatan karena takut dari adzab Allah.
Iringilah
Perbuatan Dosa dengan Kebaikan-Kebaikan Niscaya akan Menghapus Dosa Tersebut
Amal ibadah yang
dikerjakan dengan ikhlas dan sesuai dengan Sunnah Rasul selain menambah pahala
juga bisa menghapus dosa sebelumnya. Di antaranya adalah sholat, puasa,
shodaqoh, umrah, amar ma’ruf nahi munkar, duduk di majelis ta’lim, dan
semisalnya.
الصَّلَوَاتُ اْلخَمْسُ
وَاْلجُمُعَةُ إِلَى اْلجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا
بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَ اْلكَبَائِر (رواه مسلم)
Artinya: “(antara) sholat lima waktu (yang satu dengan berikutnya), Jumat
dengan Jumat, Romadlon dengan Romadlon, sebagai penghapus dosa di antaranya jika
dosa-dosa besar ditinggalkan“ (H.R Muslim).
فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي
أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَنَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ يُكَفِّرُهَا الصِّيَامُ
وَالصَّلَاةُ وَالصَّدَقَةُ وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنْ
الْمُنْكَرِ
Artinya:”Fitnah yang dialami seorang laki-laki pada keluarga, harta, diri, dan
tetangganya dihapuskan oleh puasa, sholat, shodaqoh, dan amar ma’ruf nahi
munkar” (H.R Muslim).
Namun,
yang bisa dihapus dengan perbuatan-perbuatan baik (ibadah) itu adalah untuk
dosa-dosa kecil saja, sedangkan dosa besar hanya bisa dihapus dengan taubat
nashuha. Syarat taubat nashuha adalah bertaubat dengan ikhlas karena Allah
semata, menyesal secara sungguh atas perbuatannya, meninggalkan perbuatan
maksiat tersebut, bertekad kuat untuk tidak mengulangi lagi selama-lamanya, dan
jika terkait dengan hak hamba Allah yang lain, ia harus meminta maaf (minta
dihalalkan).
Apa perbedaan dosa
besar dengan dosa kecil? Dosa besar adalah segala macam perbuatan atau ucapan
yang dilarang dan dibenci Allah dan diancam dalam dalil-dalil alQuran atau
hadits dengan adzab neraka, laknat Allah, kemurkaan Allah, tidak akan masuk
surga, tidak termasuk orang beriman, Nabi berlepas diri dari pelakunya, atau
dosa yang ditegakkan hukum had di dunia, seperti membunuh, berzina, mencuri,
dan semisalnya. Sedangkan dosa kecil adalah sesuatu hal yang dibenci atau
dilarang Allah dan Rasul-Nya namun tidak disertai dengan ancaman-ancaman
seperti dalam dosa besar.Namun, harus dipahami bahwa suatu dosa yang asalnya
kecil bisa menjadi besar jika dilakukan terus menerus dan dianggap remeh.
Sahabat Nabi Anas bin Malik menyatakan:
لاَ صَغِيْرَةَ مَعَ
اْلإِصْرَارِ
Artinya:”Tidak ada dosa kecil jika dilakukan secara terus menerus (riwayat
ad-Dailamy dan al-Iraqy menyatakan bahwa sanadnya jayyid (baik))”.
Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
إِيَّاكُمْ
وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ فَإِنَّهُنَّ يَجْتَمِعْنَ عَلَى الرَّجُلِ حَتَّى
يُهْلِكْنَهُ
Artinya:
“Hati-hatilah kalian dari dosa yang diremehkan (dosa kecil) karena dosa itu
bisa berkumpul pada seseorang hingga membinasakannya”(H.R Ahmad,
atThobarony, al-Baihaqy, dinyatakan oleh al-Iraqy bahwa sanadnya jayyid (baik).
Majelis Ilmu Menghapus Dosa dan Menggantikan Keburukan
Menjadi Kebaikan.
Duduk
di majelis ta’lim yang di dalamnya dibahas ayat-ayat al-Quran dan hadits-hadits
yang shohih dengan pemahaman Salafus Sholeh, bisa menyebabkan dosa terampuni. Bahkan keburukan-keburukan diganti dengan kebaikan.
مَا مِنْ قَوْمٍ
اجْتَمَعُوا يَذْكُرُونَ اللَّهَ لاَ يُرِيدُونَ بِذَلِكَ إِلاَّ وَجْهَهُ ،
إِلاَّ نَادَاهُمْ مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ أَنْ قُومُوا مَغْفُورًا لَكُمْ قَدْ
بُدِّلَتْ سَيِّئَاتُكُمْ حَسَنَاتٍ
Artinya:
”Tidaklah suatu kaum berkumpul mengingat Allah, tidak menginginkan
kecuali Wajah-Nya, kecuali akan ada penyeru dari langit:”Bangkitlah dalam
keadaan diampuni, keburukan-keburukan kalian telah diganti dengan kebaikan”(H.R Ahmad, dishahihkan
oleh Syaikh al-Albany).
Atha’
bin Abi Robaah –salah seorang tabi’i (murid Sahabat Nabi Ibnu Abbas, Ibnu
Umar, Abu Hurairah) berkata: Barangsiapa yang duduk di (satu) majelis
dzikir, Allah akan hapuskan baginya 10 majelis batil (yang pernah diikutinya). Jika majelis dzikir itu dilakukan fii sabiilillah, bisa menghapus 700
majelis kebatilan (yang pernah diikutinya). Abu Hazzaan berkata :Aku
bertanya kepada Atha’ bin Abi Robaah: Apa yang dimaksud dengan majelis dzikir?
Atho’ menjelaskan: (majelis dzikir) adalah majelis (yang menjelaskan) halal dan
haram, tentang bagaimana sholat, berpuasa, menikah, thalak, dan jual beli (Hilyatul
Awliyaa’ karya Abu Nu’aim (3/313), al-Bidayah wanNihaayah karya Ibnu
Katsir(9/336)).
Akhlak yang Baik
Para Ulama’ Salaf mendefinisikan akhlaq yang baik, di antaranya :
1.
Al-Hasan al-Bashri
mengatakan:“Akhlaq yang baik adalah dermawan, banyak memberi bantuan, dan bersikap
ihtimaal (memaafkan)”.
2.
AsySya’bi menjelaskan:
“Akhlaq yang baik adalah suka memberi pertolongan dan bermuka manis”.
3.
Ibnul
Mubaarok mengatakan:“Akhlaq yang baik adalah bermuka manis, suka memberi
bantuan (ma’ruf) , dan menahan diri untuk tidak mengganggu/menyakiti orang lain
“ (Jaami’ul ‘Uluum wal Hikaam karya Ibnu Rajab juz 1 hal 454-457).
Keutamaan akhlaq yang
baik banyak disebutkan oleh Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam dalam
hadits beliau :
أَكْمَلُ
اْلمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
Artinya:
“Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaqnya“
(H.R Ahmad, Abu Dawud, AtTirmidzi, al-Hakim dan dishahihkan oleh adz-Dzahaby).
إِنَّ اْلمُؤْمِنَ
لَيُدْركُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَاتِ الصَّائِمِ وَاْلقَائِمِ
Artinya:
“Sesungguhnya seorang mukmin dengan kebaikan akhlaqnya bisa mencapai
derajat orang-orang yang (banyak) berpuasa dan (banyak) melakukan qiyamullail“
(H.R Ahmad, Abu Dawud, dan al-Hakim, dishohihkan oleh adz-Dzahaby).
أَكْثَر مَا يُدْخِلُ
اْلجَنَّةَ تَقْوَى اللهِ وَحُسْنُ اْلخُلُقِ
Artinya:
“(Hal) yang paling banyak memasukkan orang ke dalam surga adalah taqwa kepada
Allah dan akhlaq yang baik“(H.R Ahmad, AtTirmidzi, Ibnu Majah, dihasankan oleh
Syaikh al-Albany ).
أَنَا زَعِيْمُ بَيْتٍ
فِي أَعْلَى اْلجَنَّةِ لِمَنْ حَسُنَ خُلُقُهُ
Artinya:
“Aku menjamin rumah di bagian surga yang tertinggi bagi orang yang baik
akhlaqnya”(H.R Abu Dawud dan AtThobrooni dan dihasankan oleh Syaikh al-Albany).
Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam memberikan
bimbingan dalam 3 hal:
1.
Bertakwa kepada Allah di manapun kita berada. Di waktu
sendirian maupun di tengah keramaian. Di setiap waktu dan tempat.
2.
Jika suatu ketika kita melakukan dosa, susulkanlah /
iringi dengan banyak perbuatan ibadah dan kebaikan, agar bisa menghapus dosa
itu.
3.
Bergaullah sesama manusia dengan akhlak yang baik.
3.
Pengampunan
Dosa
Seberapa pun besar dosa seseorang Alloh
menjanjikan ampunan jika mau istigfar. Ampunan Alloh akan menyebabkan
terhapusnya dosa. Terhapusnya dosa menyebabkan terhindar dari azab dunia dan
azab akhirat. Siapa yang mau istigfar ketika berdosa maka
dosanya terhapus meski puluhan kali dia lakukan tiap harinya. Dan dia terbebas
dari predikat orang yang terus menerus dalam dosa. Ini semua menunjukkan betapa
besar dan luasnya rahmat Alloh pada hamba-Nya. Maka celakalah seorang hamba
yang mengetahui luasnya rahmat Alloh namun dia tidak berusaha untuk meraihnya
sehingga terhalang dari rahmat-Nya. Semoga istigfar menjadi rutinitas kita sebagaimana rutinitas Nabi kita. Beliau dalam sehari lebih dari
tujuh puluh kali beristigfar. Banyak
sahabat kita yang tidak begitu beruntung dalam mendapatkan pendidikan agama
sejak kecil, karena kurangnya pengetahuan tentang agama, dan lingkungan yang
semakin carut marut membuat mereka terjerumus ke dalam lubang kegelapan.
Ketahuilah bahwa perbuatan zina termasuk dosa yang
dapat diampuni oleh Allah Subhanahu wa Taala, berdasarkan firman-Nya:"Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa
yang besar." (QS. An-Nisaa: 48).
Ayat diatas menerangkan bahwa dosa-dosa apapun yang
telah diperbuat entah itu dosa kecil atau dosa besar selama hal itu tidak
menyekutukan-Nya, maka jika sang pelaku tersebut bertaubat dengan taubatan
nasuha, niscaya akan diampuni oleh Allah Subhanahuwataala.
Firman Allah yang lainnya :"Katakanlah,
Wahai hamba-hambaKu yang melampaui batas, terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dial-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang" (Q.S. Az Zumar: 54).
Dari Abu Dzarr al-Ghifary RA., dari Nabi SAW.,
meriwayatkannya dari Rabb-nya bahwa Allah berfirman (dalam hadits Qudsi) : "Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya
kalian berbuat kesalahan di malam dan siang hari sedangkan Aku mengampuni semua
dosa; maka minta ampunlah kepada-Ku, niscaya Aku ampuni kalian." (H.R. Muslim).
Dari Abu Dzar r.a. berkata : Nabi SAW bersabda
:"Telah datang kepadaku utusan Tuhanku dan memberitakan bahwa barang siapa
yang mati dari umatku dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan suatu
apapun pasti masuk surga. Lalu aku bertanya :
Meskipun ia berzina dan mencuri? Nabi SAW menjawab. Meskipun ia berzina dan
mencuri. (H.R. Bukhari Muslim I/59 dalam kitab Alulu wal Marjan).
Selanjutnya jika orang yang telah terjerumus ke
dalam perbuatan tercela ini jika dia bertaubat dengan taubatan nasuha, taubat
yang benar yang diiringi dengan perbaikan diri dengan beramal shalih dengan
berbagai macamnya, menyesalinya dan tidak ingin kembali melakukannya maka
taubatnya ini akan dapat menghapuskan dosa atas idzin Allah.
Sebagaimana hadits Rasulullah SAW:"Orang
yang bertaubat dari perbuatan dosa seperti orang yang tidak memiliki
dosa". (HR. Ibnu Majah)
Allah Subhanahuwataal juga berfirman dalam ayat lain:
"Kecuali
orang-orang yang bertaubat dan beriman dan mengerjakan amal shalih; maka mereka
itulah yang kejahatannya diganti Allah dengan kebaikan, dan Allah maha
Pengampun lagi maha Penyayang. Dan barang siapa bertaubat dan beramal shalih
maka seseungguhnya dia telah bertaubat kepada Allah dengan taubat yang
sebenar-benarnya ". (QS. Al-Furqan: 70-71).
Senada dengan ayat di atas dalam hadits dikatakan : dari Anas bin Malik
r.a. dia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,"Allah SWT
berfirman, "Wahai anak Adam, sepanjang engkau memohon kepada-Ku dan
berharap kepada-Ku, maka akan Aku ampuni apa yang telah kamu lakukan. Aku tidak
peduli. Wahai anak Adam, jika dosa-dosamu sebanyak awan di langit kemudian
engkau meminta ampunan kepada-Ku akan Aku ampuni. Wahai anak Adam, sesungguhnya
jika engkau datang membawa kesalahan seluas dunia, kemudian engkau datang
kepada-Ku tanpa menyekutukan (tidak syirik), maka Aku dengan sesuatu apapun,
pasti Aku akan datang kepadamu dengan ampunan sebesar itu pula." (HR.
Tirmidzi, menurutnya hadits ini hasan shahih).
Dari keterangan tersebut dapat diketahui dengan pasti, bahwa tidak selayakya
orang yang beriman untuk berputus asa kepada allah, karna berputus asa kepada
ampunan dan rahmat allah sama saja mengingkari keadaan allah yang maha pemurah
dan pemberi ampunan.Dosa apa yang paling besar ?tidak ada dosa yang paling
besar kecuali musyrik. Inipun diampuni allah, jika yang berkepentingan
beertobat sebelum matinya.
BAB
3
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Rasa syukur alhamdulillah tidak akan berhenti saya
panjatkan kepada Alloh SWT, karna atas Ni’mat dan Karunia-Nya yang di limpahkan
kepada saya sehingga makalah ini dapat
saya susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
HADITS, namun saya menyadari banyak
sekali kekurangan dalam
penyusunan makalah ini, Atas dasar itu saran dan kritikan sangat
saya harapkan dari anda semua yang telah membaca makalah ini terutama kepada
para dosen yang senantiasa membimbing dan memberi ilmu terutama tentang Hadist.
Tak
lupa rasa terimakasih saya yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dosen yang telah
memberi saya kesempatan untuk menyusun makalah ini saya ucapkan terimakasih dan
mudah-mudahan bermanfaat. Aamiin Ya Robb.
Demikian
makalah ini saya susun, semoga bisa bermanfaat.
والسلامعليكمورحمتاللهوبركاته
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jauziyah Ibnu Kayim, Taubat Kembali Kepada Allah, (
Damaskus,Suryah: Darul Maktabi,1999 ), Cet. Ke-1, hal 236.
Ringkasan Syarah Arba’in
An-Nawawi - Syaikh Shalih Alu Syaikh Hafizhohulloh - http://muslim.or.id
Penyusun: Ustadz Abu Isa Abdulloh
bin Salam (Staf Pengajar Ma’had Ihyaus Sunnah, Tasikmalaya)
H.R. Bukhari Muslim I/59 dalam
kitab Alulu wal Marjan.
(H.R. At Tirmidzi no. 1978, Ahmad
V/153, dihasankan oleh Syaikh Albani dalam Shahiihul Jaamino. 97)
(KH MUHAMMAD SYAFII HANDZAMI buku
TAUDHIHUL ADILLAH HAL 93 ).
Supriyatna Yayat, Pendidikan Agama Islam (SMK)
(Jakarta, 2008 /Gratindo Media Pratama) Cet.1, hal-28.
Yahya Muhyidin Bin
Syaraf Nawawi, Syarah Hadits Arba’in, Dilengkapi Tabel Hafalan Hadits Arba’in
An-Nawawi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar