Senin, 08 Agustus 2016

hadist 2



BAB 1
PENDAHULUAN
A.           Latar Belakang Masalah
Manusia dikaruniakan oleh Allah SWT berupa akal dan pikiran. Akal digunakan manusia untuk berfikir, memikirkan sesuatu. Sedangkan pikiran digunakan untuk menentukan sesuatu yang di pikirkan oleh akal. Tetapi terkadang manusia sering tidak menggunakan akal dan fikirannya dengan baik, dengan cara memikirkan sesuatu yang tidak semestinya di pikirkan, dan juga tidak di pakai untuk mengembangkan sesuatu yang ada di alam yang sebenarnya bisa menghasilkan ilmu dan pengetahuan yang baru apabila kita dapat menggunakan dengan semestinya.
Manusia memang memiliki ke khilafan dalam setiap langkah, perbuatan, maupun sifat dan tindak tanduk yang dijalaninya, karena manusia juga mempunyai fitrah yang memiliki kekhilafan, Suatu perbuatan yang di lakukan manusia, apabila keluar dari jalur yang telah di tentukan oleh Allh SWT maka itu di katakan dosa seperti yang akan kita bahas disini tentang dosa selain syirik akan diampuni, dan setelah berbuat dosa segeralah lakukan kebaikan. Perbuatan dosa sering di lakukan oleh manusia, karena manusia sering tidak menyadari akan perbuatan yang di lakukannya karena manusia lebih sering mengikuti hawa nafsunya dengan tidak memikirkan akibat buruk dan apa yang di lakukannya.
Sekalipun manusia di ciptakan Allah SWT untuk menjadi khalifah di muka bumi ini, namun  karena sifatnya yang lemah, manusia tidak pernah terlepas dari perilaku tercela dan dosa, kecuali orang-orang yang selalu beriman dan senantiasa mendapat petunjuk dari Allah SWT. Maka segeralah melakukan taubat, karena Allah SWT senantiasa bersedia memberi ampunan setiap waktu dan menerima taubat setiap saat.







B.            Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:
1.         Apakah dosa selain syirik akan diampuni ?
2.         Bagaimanakah setelah melakukan dosa segeralah lakukan kebaikan?

C.           Tujuan Pembahasan
Tujuan penyusunan makalah ini yaitu agar mahasiswa dapat memahami:
1.         Mengetahui tentang dosa yang dapat diampuni selain syirik.
2.         Memahami tentang setelah melakukan dosa segeralah lakukan kebaikan.









                                                                                        







BAB 2
PEMBAHASAN
1.             Dosa Selain Syirik Dapat Diampuni.
Syirik adalah perbuatan menyekutukan Allah dengan hal-hal selain-nya. Syirik yang merupakan dosa yang dilakukan secara sadar dan dipahami oleh pelakunya bahwa hal tersebut adalah perbuatan syirik. Adapun bagi seseorang yang tidak mengetahui bahwa apa yang dilakukannya mengandung unsur syirik dan tidak ada seorang pun yang mengajarinya, tidak dosa baginya. Adapun balasan bagi orang seperti itu, hanya Allah yang mebgetahuinya.
Perbuatan syirik mempunyai gradasi (tingkatan), mulai dari yang samar atau yang berskala kecil sampai yang terlihat jelas, diantaranya melakukan penyembahan atau pengabdian selain kepada Allah juga kepada makhluk-nya. Adapun syirik kecil atau tersamar adalah perilaku yang seolah perbuatan baik dengan niat atau motivasi yang bukan karena Allah, tetapi karena selain-nya.
Yang termasuk bentuk syirik:
1.    Jika ada yang meyakini bahwa penguasa langit adalah Allah dan penguasa bumi adalah selain Allah, atau meyakini bahwa penguasa langit adalah berserikat antara Allah dan makhluk, atau meyakini bahwa Allah itu memiliki penolong dalam penciptaan langit dan bumi, maka ia musyrik. Ini syirik dalam rububiyah.
2.    Sujud kepada selain Allah, nadzar kepada selain Allah, menyembelih tumbal pada selain Allah, beribadah hanya untuk cari muka atau pujian (riya’), maka itu termasuk syirik. Riya’ termasuk syirik sebagaimana tekstual hadits. Ini syirik dalam uluhiyah.
3.    Meyakini bahwa ada yang semisal Allah dalam nama dan sifat, atau mengatakan bahwa menetapnya Allah di atas ‘Arsy seperti menetapnya makhluk di atas ranjang, atau mengatakan bahwa turunnya Allah ke langit dunia seperti turunnya makhluk, maka ini pun syirik. Demikian keterangan dari Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah dalam Tafsir Surat An Nisa’, 1: 387.



Rasulullah SAW bersabda:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رضي الله عنه قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ يَقُولُ: قَالَ اللهُ تَعَالَى: ( يَا ابْنَ آَدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوتَنِيْ وَرَجَوتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ مِنْكَ وَلا أُبَالِيْ، يَا ابْنَ آَدَمَ لَو بَلَغَتْ ذُنُوبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ استَغْفَرْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ، يَا ابْنَ آَدَمَ إِنَّكَ لَو أَتَيْتَنِيْ بِقِرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لقِيْتَنِيْ لاَتُشْرِك بِيْ شَيْئَاً لأَتَيْتُكَ بِقِرَابِهَا مَغفِرَةً ) – رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَقَالَ: حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحَيْحٌ

Artinya:Dari Anas radhiallahu‘anhu, ia berkata:Saya telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda : Allah ta’ala telah berfirman :“Wahai anak Adam, selagi engkau meminta dan berharap kepada-Ku, maka Aku akan mengampuni dosamu dan Aku tidak pedulikan lagi. Wahai anak Adam, walaupun dosamu sampai setinggi langit, bila engkau mohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku memberi ampun kepadamu. Wahai anak Adam, jika engkau menemui Aku dengan membawa dosa sebanyak isi bumi, tetapi engkau tiada menyekutukan sesuatu dengan Aku, niscaya Aku datang kepadamu dengan (memberi) ampunan sepenuh bumi pula”. (HR. Tirmidzi, Hadits hasanshahih).
Penjelasan:Hadits ini berisikan kabar gembira, belas kasih dan kemurahan yang besar. Tidak terhitung banyaknya karunia, kebaikan, belas kasih dan pemberian Allah kepada hamba-Nya. Yang semakna dengan Hadits ini adalah sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam : “Allah lebih bergembira atas tobat seorang hamba-Nya daripada (kegembiraan) seseorang di antara kamu yang menemukan kembali hewannya yang hilang”.
Dari Abu Ayyub ketika ia hendak wafat ia berkata : Saya telah merahasiakan dari kalian sesuatu yang pernah aku dengar dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, yaitu saya mendengar beliau bersabda: “Sekiranya kamu sekalian tidak mau berbuat dosa, niscaya Allah akan menggantinya dengan makhluk lain yang mau berbuat dosa, lalu Allah memberi ampun kepada mereka”.
Juga banyak Hadits lain yang semakna dengan Hadits ini.Sabda beliau “wahai anak Adam, selagi engkau meminta dan berharap kepada-Ku” semakna dengan sabda beliau : “Aku senantiasa mengikuti anggapan hamba-Ku kepada-Ku. Oleh karena itu, hendaknya ia mempunyai anggapan kepada-Ku sesuai kesukaannya”.
Telah disebutkan bahwa bila seorang hamba (manusia) telah berbuat dosa kemudian menyesal, misalnya dengan mengatakan : “Wahai Tuhanku, aku telah berbuat dosa, karena itu ampunilah aku. Tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosaku kecuali Engkau”. Maka Allah akan menjawab : “Hamba-Ku mengakui bahwa dia mempunyai Tuhan yang mengampuni dosanya dan menghukum kesalahannya, karena itu Aku persaksikan kepada kamu sekalian bahwa Aku telah memberikan ampunan kepadanya”. Kemudian hamba itu berbuat seperti itu kedua atau ketiga kalinya, lalu Allah menjawab seperti itu setiap kali terulang kejadian itu. Kemudian Allah berfirman: “Berbuatlah sesukamu, karena Aku telah mengampuni kamu” maksudnya ketika kamu berbuat dosa kemudian kamu mohon ampun.
Ketahuilah, syarat bertobat itu ada tiga, yaitu:
1.      Meninggalkan perbuatan maksiatnya.
2.      Menyesali yang sudah terjadi dan bertekad tidak akan mengulangi.
3.      Jika kesalahan itu berkaitan dengan sesama manusia, maka hendaklah ia segera menunaikan apa yang menjadi hak orang lain atau minta dihalalkan. Jika berkaitan dengan Allah, sedangkan di dalam urusan tersebut ada sanksi kafarat, maka hendaklah ia segera menunaikan pembayaran kafarat.
4.      Ini adalah syarat keempat. Sekiranya seseorang mengulangi dosanya berkali-kali dalam satu hari dan ia melakukan tibat sesuai dengan syarat tersebut, maka Allah akan mengampuni dosanya.
Sabda beliau (Allah berfirman) : “maka Aku akan mengampuni dosamu dan Aku tidak pedulikan lagi” maksudnya engkau mengulangi perbuatan dosa kamu dan Aku tidak mempermasalahkan dosa-dosamu itu.

Sabda beliau (Allah berfirman):“Wahai anak Adam, walaupun dosamu sampai setinggi langit, bila engkau mohon ampun kepada-Ku, niscaya Aku memberi ampun kepadamu” maksudnya adalah sekiranya dosa beberapa orang dikumpulkan, kemudian memenuhi ruang antara langit dan bumi. Hal ini menunjukkan seberapa pun besarnya dosa, tetapi kemurahan, belas kasih Allah pengampunan-Nya jauh lebih luas dan lebih besar, sehingga tidak berimbang antara dosa dan pengampunan dan siat keagungan Allah ini tidak terhingga, sehingga dosa yang memenuhi alam ini tidak mengalahkan sifat pemurah dan pengampunan-Nya.
Sabda beliau (Allah berfirman) : “Wahai anak Adam, jika engkau menemui Aku dengan membawa dosa sebanyak isi bumi, tetapi engkau tiada menyekutukan sesuatu dengan Aku, niscaya Aku datang kepadamu dengan (memberi) ampunan sepenuh bumi pula” maksudnya adalah engkau datang kepada-Ku dengan membawa dosa-dosa sebesar bumi.
Kalimat “kemudian engkau menemui Aku” maksudnya engkau mati dalam keadaan beriman, tanpa sedikit pun menyekutukan Aku dengan apa pun tiada rasa senang bagi orang mukmin yang melebihi rasa senangnya saat ia bertemu Tuhannya. Allah berfirman : “Sungguh, Allah tidak mengampuni orang yang menyekutukan-Nya, tetapi mengampuni dosa selain dari itu kepada siapa yang dikehendaki”. (QS 4 : 48).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Tidaklah dikatakan terus-menerus berbuat dosa orang yang mau meminta ampun, sekalipun dia mengulangi tujuh puluh kali dalam sehari”.Abu Hurairah berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Mempunyai anggapan baik kepada Allah termasuk beribadah yang baik kepada Allah”.



Pelajaran yang terdapat dalam hadits / الفوائد من الحديث:
1)      Berdoa diperintahkan dan dijanjikan  untuk dikabulkan.
2)      Pemberian maaf Allah dan ampunan-Nya lebih luas dan lebih besar dari dosa seorang hamba jika dia minta ampun dan bertaubat.
3)      Berbaik sangka kepada Allah Ta’ala, Dialah semata Yang Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat dan istighfar.
4)      Tauhid adalah pokok ampunan dan sebab satu-satunya untuk meraihnya.
5)      Membuka pintu harapan bagi ahli maksiat untuk segera bertaubat dan menyesal betapapun banyak dosanya.
Dosa dibawah syirik yaitu:
Pada firman Allah:
وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
Artinya: Dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya”.
Ayat ini dapat bermakna bahwa Allah mengampuni dosa selain syirik atau di bawah syirik.Kalau seandainya ayat tersebut ditafsirkan dengan (selain syirik), maka kufur juhud (karena penentangan), misalnya karena menentang wajibnya shalat tidak termasuk syirik, maka diampuni. Padahal dosa kufur juhud tersebut sejajar syirik. Atau kufur juhud lainnya seperti meyakini bahwa Allah tidak mengutus Rasul Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jika ditafsirikan (selain syirik) berarti juga diampuni. Padahal pemahaman ayat tidaklah demikian. Sehingga lebih tepat, kita artikan dengan (di bawah syirik), makna lengkapnya:“Dan Allah mengampuni segala dosa di bawah syirik, bagi siapa yang dikehendaki-Nya”. Ini berarti dosa-dosa yang sejajar syirik seperti kufur juhud sama-sama tidak diampuni jika dibawa mati. Sedangkan dosa di bawah syirik seperti zina, minum khomr, maka masih di bawah masyi’ahyaitu kehendak Allah. Jika Allah menghendaki, maka akan dimaafkan. Jika Allah menghendaki, maka akan disiksa.
2.             Setelah Melakukan Dosa Segeralah Lakukan Kebaikan
"iringilah perbuatan buruk dengan perbuatan baik maka kebaikan itu akan menghapuskan keburukan itu "
Rosulullah SAW Bersabda:
عَنْ أَبِي ذَرّ جُنْدُبْ بْنِ جُنَادَةَ وَأَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ مُعَاذ بْن جَبَلٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.[رواه الترمذي وقال حديث حسن وفي بعض النسخ حسن صحيح]

Artinya:Dari Abu Dzar, Jundub bin Junadah dan Abu ‘Abdurrahman, Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhuma, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, beliau bersabda: “Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan susullah sesuatu perbuatan dosa dengan kebaikan, pasti akan menghapuskannya dan bergaullah sesama manusia dengan akhlaq yang baik”.
[HR. Tirmidzi, ia telah berkata: Hadits ini hasan, pada lafazh lain derajatnya hasan shahih].
Sedikit Penjelasan tentang Sahabat yang Meriwayatkan Hadits:Abu Dzar al-Ghiffary berasal dari Ghiffaar (jalur yang dilewati penduduk Makkah jika akan berdagang ke Syam), nama aslinya Jundub bin Junaadah adalah orang ke-5 yang masuk Islam saat Nabi masih berada di Makkah dan berdakwah secara sembunyi. Beliaulah orang pertama yang mengucapkan salam secara Islam kepada Nabi. Selama masa mencari Nabi di Makkah beliau tinggal di dekat Ka’bah selama 15 hari tidak makan dan minum apapun kecuali air zam-zam hingga menjadi gemuk. Setelah bertemu Nabi dan masuk Islam beliau kembali pada kaumnya, mengajarkan Islam kepada mereka, dan tinggal di sana.


Setelah perang Uhud, barulah Abu Dzar bisa menyusul Nabi hijrah ke Madinah.Sedangkan Muadz bin Jabal adalah Sahabat Nabi yang paling mengetahui tentang halal dan haram (H.R Ibnu Hibban). Nabi juga memerintahkan untuk mengambil (ilmu) al-Quran dari 4 orang, yaitu : Ibnu Mas’ud, Ubay bin Ka’ab, Muadz bin Jabal dan Salim maula Abi Hudzaifah(H.R al-Bukhari). Muadz bin Jabal juga diutus Nabi ke Yaman untuk berdakwah di sana.
Penjelasan Umum Makna Hadits
Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam memberikan bimbingan dalam 3 hal:
1.      Bertakwa kepada Allah di manapun kita berada. Di waktu sendirian maupun di tengah keramaian. Di setiap waktu dan tempat.
2.      Jika suatu ketika kita melakukan dosa, susulkanlah / iringi dengan banyak perbuatan ibadah dan kebaikan, agar bisa menghapus dosa itu.
3.      Bergaullah sesama manusia dengan akhlak yang baik
Definisi Taqwa
Thalq bin Habiib(seorang Tabi’i,salah satu murid Sahabat Nabi Ibnu Abbas) menjelaskan definisi taqwa: “Amalan ketaatan kepada Allah berdasarkan cahaya dari Allah dengan mengharap pahala Allah dan menjauhi kemaksiatan-kemaksiatan kepada Allah berdasarkan cahaya dari Allah dengan perasaan takut dari adzab Allah”.
Banyak para Ulama’ yang memuji definisi ini di antaranya al-Imam adz-Dzahaby, kemudian beliau mensyarah (menjelaskan) maksud dari definisi tersebut dalam Siyaar A’laamin Nubalaa’ (4/601).




Beberapa poin penting dari definisi taqwa menurut Thalq bin Habiib tersebut:
1.        Taqwa adalah amalan ketaatan kepada Allah dan menjauhi kemaksiatan kepada Allah.Taqwa harus berupa amal perbuatan, tidak cukup hanya dalam hati atau ucapan saja.
2.        Taqwa harus didasarkan cahaya dari Allah, yaitu ilmu syar’i dan ittiba’ (mengikuti Sunnah Nabi). Tidak mungkin seseorang bisa bertakwa kepada Allah tanpa ilmu. Dengan ilmu ia akan tahu mana hal-hal yang diperintah Allah (wajib atau sunnah), yang dilarang Allah (haram atau makruh), dan mana yang boleh dikerjakan (mubah).Seseorang bisa beribadah kepada Allah hanya dengan tuntunan dari Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam.
3.        Taqwa harus didasari keikhlasan melakukannya karena Allah bukan karena tendensi yang lain. Ia jalankan ketaatan karena mengharap pahala Allah, dan ia tinggalkan kemaksiatan karena takut dari adzab Allah.

Iringilah Perbuatan Dosa dengan Kebaikan-Kebaikan Niscaya akan Menghapus Dosa Tersebut
Amal ibadah yang dikerjakan dengan ikhlas dan sesuai dengan Sunnah Rasul selain menambah pahala juga bisa menghapus dosa sebelumnya. Di antaranya adalah sholat, puasa, shodaqoh, umrah, amar ma’ruf nahi munkar, duduk di majelis ta’lim, dan semisalnya.
الصَّلَوَاتُ اْلخَمْسُ وَاْلجُمُعَةُ إِلَى اْلجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتُنِبَ اْلكَبَائِر (رواه مسلم)
Artinya: “(antara) sholat lima waktu (yang satu dengan berikutnya), Jumat dengan Jumat, Romadlon dengan Romadlon, sebagai penghapus dosa di antaranya jika dosa-dosa besar ditinggalkan“ (H.R Muslim).
فِتْنَةُ الرَّجُلِ فِي أَهْلِهِ وَمَالِهِ وَنَفْسِهِ وَوَلَدِهِ وَجَارِهِ يُكَفِّرُهَا الصِّيَامُ وَالصَّلَاةُ وَالصَّدَقَةُ وَالْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عَنْ الْمُنْكَرِ
Artinya:”Fitnah yang dialami seorang laki-laki pada keluarga, harta, diri, dan tetangganya dihapuskan oleh puasa, sholat, shodaqoh, dan amar ma’ruf nahi munkar (H.R Muslim).
Namun, yang bisa dihapus dengan perbuatan-perbuatan baik (ibadah) itu adalah untuk dosa-dosa kecil saja, sedangkan dosa besar hanya bisa dihapus dengan taubat nashuha. Syarat taubat nashuha adalah bertaubat dengan ikhlas karena Allah semata, menyesal secara sungguh atas perbuatannya, meninggalkan perbuatan maksiat tersebut, bertekad kuat untuk tidak mengulangi lagi selama-lamanya, dan jika terkait dengan hak hamba Allah yang lain, ia harus meminta maaf (minta dihalalkan).
Apa perbedaan dosa besar dengan dosa kecil? Dosa besar adalah segala macam perbuatan atau ucapan yang dilarang dan dibenci Allah dan diancam dalam dalil-dalil alQuran atau hadits dengan adzab neraka, laknat Allah, kemurkaan Allah, tidak akan masuk surga, tidak termasuk orang beriman, Nabi berlepas diri dari pelakunya, atau dosa yang ditegakkan hukum had di dunia, seperti membunuh, berzina, mencuri, dan semisalnya. Sedangkan dosa kecil adalah sesuatu hal yang dibenci atau dilarang Allah dan Rasul-Nya namun tidak disertai dengan ancaman-ancaman seperti dalam dosa besar.Namun, harus dipahami bahwa suatu dosa yang asalnya kecil bisa menjadi besar jika dilakukan terus menerus dan dianggap remeh.
Sahabat Nabi Anas bin Malik menyatakan:
لاَ صَغِيْرَةَ مَعَ اْلإِصْرَارِ
Artinya:”Tidak ada dosa kecil jika dilakukan secara terus menerus (riwayat ad-Dailamy dan al-Iraqy menyatakan bahwa sanadnya jayyid (baik)).
Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ فَإِنَّهُنَّ يَجْتَمِعْنَ عَلَى الرَّجُلِ حَتَّى يُهْلِكْنَهُ
Artinya: “Hati-hatilah kalian dari dosa yang diremehkan (dosa kecil) karena dosa itu bisa berkumpul pada seseorang hingga membinasakannya(H.R Ahmad, atThobarony, al-Baihaqy, dinyatakan oleh al-Iraqy bahwa sanadnya jayyid (baik).
Majelis Ilmu Menghapus Dosa dan Menggantikan Keburukan Menjadi Kebaikan.
Duduk di majelis ta’lim yang di dalamnya dibahas ayat-ayat al-Quran dan hadits-hadits yang shohih dengan pemahaman Salafus Sholeh, bisa menyebabkan dosa terampuni. Bahkan keburukan-keburukan diganti dengan kebaikan.
مَا مِنْ قَوْمٍ اجْتَمَعُوا يَذْكُرُونَ اللَّهَ لاَ يُرِيدُونَ بِذَلِكَ إِلاَّ وَجْهَهُ ، إِلاَّ نَادَاهُمْ مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ أَنْ قُومُوا مَغْفُورًا لَكُمْ قَدْ بُدِّلَتْ سَيِّئَاتُكُمْ حَسَنَاتٍ
Artinya: ”Tidaklah suatu kaum berkumpul mengingat Allah,  tidak menginginkan kecuali Wajah-Nya, kecuali akan ada penyeru dari langit:”Bangkitlah dalam keadaan diampuni, keburukan-keburukan kalian telah diganti dengan kebaikan(H.R Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh  al-Albany).
Atha’ bin Abi Robaah –salah seorang tabi’i (murid Sahabat Nabi Ibnu Abbas,  Ibnu Umar, Abu Hurairah) berkata: Barangsiapa yang duduk di (satu) majelis dzikir, Allah akan hapuskan baginya 10 majelis batil (yang pernah diikutinya). Jika majelis dzikir itu dilakukan fii sabiilillah, bisa menghapus 700 majelis kebatilan (yang pernah diikutinya). Abu Hazzaan berkata :Aku bertanya kepada Atha’ bin Abi Robaah: Apa yang dimaksud dengan majelis dzikir? Atho’ menjelaskan: (majelis dzikir) adalah majelis (yang menjelaskan) halal dan haram, tentang bagaimana sholat, berpuasa, menikah, thalak, dan jual beli (Hilyatul Awliyaa’ karya Abu Nu’aim (3/313), al-Bidayah wanNihaayah karya Ibnu Katsir(9/336)).



Akhlak yang Baik
Para Ulama’ Salaf  mendefinisikan akhlaq yang baik, di antaranya :
1.        Al-Hasan al-Bashri mengatakan:“Akhlaq yang baik adalah dermawan, banyak memberi bantuan, dan bersikap ihtimaal (memaafkan)”.
2.        AsySya’bi menjelaskan: “Akhlaq yang baik adalah suka memberi pertolongan dan bermuka manis”.
3.        Ibnul Mubaarok mengatakan:“Akhlaq yang baik adalah bermuka manis, suka memberi bantuan (ma’ruf) , dan menahan diri untuk tidak mengganggu/menyakiti orang lain “ (Jaami’ul ‘Uluum wal Hikaam karya Ibnu Rajab juz 1 hal 454-457).
Keutamaan akhlaq yang baik banyak disebutkan oleh Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam dalam hadits beliau :
أَكْمَلُ اْلمُؤْمِنِيْنَ إِيْمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
Artinya: “Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaqnya“ (H.R Ahmad, Abu Dawud, AtTirmidzi, al-Hakim dan dishahihkan oleh adz-Dzahaby).
إِنَّ اْلمُؤْمِنَ لَيُدْركُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَاتِ الصَّائِمِ وَاْلقَائِمِ
Artinya: “Sesungguhnya seorang mukmin dengan kebaikan akhlaqnya bisa mencapai derajat orang-orang yang (banyak) berpuasa dan (banyak) melakukan qiyamullail“ (H.R Ahmad, Abu Dawud, dan al-Hakim, dishohihkan oleh adz-Dzahaby).
أَكْثَر مَا يُدْخِلُ اْلجَنَّةَ تَقْوَى اللهِ وَحُسْنُ اْلخُلُقِ
Artinya: “(Hal) yang paling banyak memasukkan orang ke dalam surga adalah taqwa kepada Allah dan akhlaq yang baik“(H.R Ahmad, AtTirmidzi, Ibnu Majah, dihasankan oleh Syaikh al-Albany ).
أَنَا زَعِيْمُ بَيْتٍ فِي أَعْلَى اْلجَنَّةِ لِمَنْ حَسُنَ خُلُقُهُ
Artinya: “Aku menjamin rumah di bagian surga yang tertinggi bagi orang yang baik akhlaqnya”(H.R Abu Dawud dan AtThobrooni dan dihasankan oleh Syaikh al-Albany).
Rasulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam memberikan bimbingan dalam 3 hal:
1.    Bertakwa kepada Allah di manapun kita berada. Di waktu sendirian maupun di tengah keramaian. Di setiap waktu dan tempat.
2.    Jika suatu ketika kita melakukan dosa, susulkanlah / iringi dengan banyak perbuatan ibadah dan kebaikan, agar bisa menghapus dosa itu.
3.    Bergaullah sesama manusia dengan akhlak yang baik.
3.             Pengampunan Dosa
Seberapa pun besar dosa seseorang Alloh menjanjikan ampunan jika mau istigfar. Ampunan Alloh akan menyebabkan terhapusnya dosa. Terhapusnya dosa menyebabkan terhindar dari azab dunia dan azab akhirat. Siapa yang mau istigfar ketika berdosa maka dosanya terhapus meski puluhan kali dia lakukan tiap harinya. Dan dia terbebas dari predikat orang yang terus menerus dalam dosa. Ini semua menunjukkan betapa besar dan luasnya rahmat Alloh pada hamba-Nya. Maka celakalah seorang hamba yang mengetahui luasnya rahmat Alloh namun dia tidak berusaha untuk meraihnya sehingga terhalang dari rahmat-Nya. Semoga istigfar menjadi rutinitas kita sebagaimana rutinitas Nabi kita. Beliau dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali beristigfar. Banyak sahabat kita yang tidak begitu beruntung dalam mendapatkan pendidikan agama sejak kecil, karena kurangnya pengetahuan tentang agama, dan lingkungan yang semakin carut marut membuat mereka terjerumus ke dalam lubang kegelapan.
Ketahuilah bahwa perbuatan zina termasuk dosa yang dapat diampuni oleh Allah Subhanahu wa Taala, berdasarkan firman-Nya:"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar." (QS. An-Nisaa: 48).
Ayat diatas menerangkan bahwa dosa-dosa apapun yang telah diperbuat entah itu dosa kecil atau dosa besar selama hal itu tidak menyekutukan-Nya, maka jika sang pelaku tersebut bertaubat dengan taubatan nasuha, niscaya akan diampuni oleh Allah Subhanahuwataala.
Firman Allah yang lainnya :"Katakanlah, Wahai hamba-hambaKu yang melampaui batas, terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dial-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (Q.S. Az Zumar: 54).
Dari Abu Dzarr al-Ghifary RA., dari Nabi SAW., meriwayatkannya dari Rabb-nya bahwa Allah berfirman (dalam hadits Qudsi) : "Wahai para hamba-Ku, sesungguhnya kalian berbuat kesalahan di malam dan siang hari sedangkan Aku mengampuni semua dosa; maka minta ampunlah kepada-Ku, niscaya Aku ampuni kalian." (H.R. Muslim).
Dari Abu Dzar r.a. berkata : Nabi SAW bersabda :"Telah datang kepadaku utusan Tuhanku dan memberitakan bahwa barang siapa yang mati dari umatku dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan suatu apapun pasti masuk surga. Lalu aku bertanya : Meskipun ia berzina dan mencuri? Nabi SAW menjawab. Meskipun ia berzina dan mencuri. (H.R. Bukhari Muslim I/59 dalam kitab Alulu wal Marjan).
Selanjutnya jika orang yang telah terjerumus ke dalam perbuatan tercela ini jika dia bertaubat dengan taubatan nasuha, taubat yang benar yang diiringi dengan perbaikan diri dengan beramal shalih dengan berbagai macamnya, menyesalinya dan tidak ingin kembali melakukannya maka taubatnya ini akan dapat menghapuskan dosa atas idzin Allah.
Sebagaimana hadits Rasulullah SAW:"Orang yang bertaubat dari perbuatan dosa seperti orang yang tidak memiliki dosa". (HR. Ibnu Majah)
Allah Subhanahuwataal juga berfirman dalam ayat lain:
"Kecuali orang-orang yang bertaubat dan beriman dan mengerjakan amal shalih; maka mereka itulah yang kejahatannya diganti Allah dengan kebaikan, dan Allah maha Pengampun lagi maha Penyayang. Dan barang siapa bertaubat dan beramal shalih maka seseungguhnya dia telah bertaubat kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya ". (QS. Al-Furqan: 70-71).
Senada dengan ayat di atas dalam hadits dikatakan : dari Anas bin Malik r.a. dia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,"Allah SWT berfirman, "Wahai anak Adam, sepanjang engkau memohon kepada-Ku dan berharap kepada-Ku, maka akan Aku ampuni apa yang telah kamu lakukan. Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, jika dosa-dosamu sebanyak awan di langit kemudian engkau meminta ampunan kepada-Ku akan Aku ampuni. Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau datang membawa kesalahan seluas dunia, kemudian engkau datang kepada-Ku tanpa menyekutukan (tidak syirik), maka Aku dengan sesuatu apapun, pasti Aku akan datang kepadamu dengan ampunan sebesar itu pula." (HR. Tirmidzi, menurutnya hadits ini hasan shahih).
Dari keterangan tersebut dapat diketahui dengan pasti, bahwa tidak selayakya orang yang beriman untuk berputus asa kepada allah, karna berputus asa kepada ampunan dan rahmat allah sama saja mengingkari keadaan allah yang maha pemurah dan pemberi ampunan.Dosa apa yang paling besar ?tidak ada dosa yang paling besar kecuali musyrik. Inipun diampuni allah, jika yang berkepentingan beertobat sebelum matinya.














BAB 3
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Rasa syukur alhamdulillah tidak akan berhenti saya panjatkan kepada Alloh SWT, karna atas Ni’mat dan Karunia-Nya yang di limpahkan kepada  saya sehingga makalah ini dapat saya susun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah  HADITS, namun saya menyadari banyak  sekali kekurangan dalam  penyusunan  makalah  ini, Atas dasar itu saran dan kritikan sangat saya harapkan dari anda semua yang telah membaca makalah ini terutama kepada para dosen yang senantiasa membimbing dan memberi ilmu terutama tentang Hadist.
Tak lupa rasa terimakasih saya yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dosen yang telah memberi saya kesempatan untuk menyusun makalah ini saya ucapkan terimakasih dan mudah-mudahan bermanfaat. Aamiin Ya Robb.
Demikian makalah ini saya susun, semoga bisa bermanfaat.

والسلامعليكمورحمتاللهوبركاته










DAFTAR PUSTAKA
Al-Jauziyah Ibnu Kayim, Taubat Kembali Kepada Allah, ( Damaskus,Suryah: Darul Maktabi,1999 ), Cet. Ke-1, hal 236.
Ringkasan Syarah Arba’in An-Nawawi - Syaikh Shalih Alu Syaikh Hafizhohulloh - http://muslim.or.id
Penyusun: Ustadz Abu Isa Abdulloh bin Salam (Staf Pengajar Ma’had Ihyaus Sunnah, Tasikmalaya)
H.R. Bukhari Muslim I/59 dalam kitab Alulu wal Marjan.
(H.R. At Tirmidzi no. 1978, Ahmad V/153, dihasankan oleh Syaikh Albani dalam Shahiihul Jaamino. 97)
(KH MUHAMMAD SYAFII HANDZAMI buku TAUDHIHUL ADILLAH  HAL 93 ).
 Supriyatna Yayat, Pendidikan Agama Islam (SMK) (Jakarta, 2008 /Gratindo Media Pratama) Cet.1, hal-28.
Yahya Muhyidin Bin Syaraf Nawawi, Syarah Hadits Arba’in, Dilengkapi Tabel Hafalan Hadits Arba’in An-Nawawi.